Selasa, 20 Januari 2015

Chapter Three

Jadi masih di hari yang sama tangga 19 bulan Juli tahun 2014 saudara yang dari perantauan datang. Karena mereka anak kota ya, mayoritas suka sama yang namanya naik motor. Karena aku kakak yang baik dan suka anak-anak (nyombong bu?) tanpa pamrih aku mengajak mereka ke tempat budheku  yang berada di gunung. Aku memanggilnya wawa Gunung , karena beliau hidup dan tinggal di kaki Gunung Pakuran. Wawaku itu punya peternakan ikan yang besar, terdapat ikan gurameh, mujair dan nila. Niatnya ingin silaturahim sambil main-main di halaman rumah wawa gunung. Saat kami main, ternyata kakak sepupuku sedang membuat kue satu (emang satu namanya) yang sedang dicetak, pesanan dari orang lain. Akhirnya kami ramai-ramai membantunya. (membantu atau ngrecokin sih sebenarnya?)

Ini anak, namanya salwa. Kami datang bersama dua orang lainnya, diantaranya terdapat Tissa adiknya salwa dan Fatih adikku sendiri. Otomatis rumah yang tadinya sepi menjadi riuh oleh kedatangan kami. Setelah puas membantu membuat satu. Kami ditawari untuk memancing ria di kolam ikan. Kami diberi satu pancing yang dibuat dari dahan daun kelapa (tau deh namanya apa) yang dikasih senar dan mata kail. Umpannya adalah nasi yang digumpalkan. Pada awalnya adik-adik ini pada stress karena tidak ada hasil sama sekali. beruntungnya kakak sepepuku yang bernama umi ini mau membantu kegundahan hati mereka. Dengan tangan lincahnya ia berhasil mengelabuhi beberapa ikan mujair kecil untuk memakan umpan di mata kailnya. Ternyata setelah lucky strike ini, adik-adikku yang kecil ini juga kecipratan hokinya. Jumlah keseluruhan ikan yang terpancing ada 11 ikan. Niatnya ikan ini nanti akan dibagi menjadi tiga untuk dipelihara oleh adikku nanti. Beberapa ikan yang kecil akan dilepaskan kembali.



Ini si umi yang dari awal emang punya aura yang bikin ikan klepek-klepek




Fatih dan salwa yang kecipratan hoki.


Sial!! si tissa juga kena semprot hokinya si umi!!! STRIKEEE!!!

.


Hitung dulu yukk ikannya tiss J


Kami pulang dengan perasaan kecewa. Loh kok kecewa? Soalnya adik-adikku ini belum merasa puas main-main dengan si mata pancing. Karena aku membawa motor omku, takutnya dicari-cari, terpaksa kami pulang. Good bye wawa. Ketemu lagi kapan-kapan.
Setelah pulang aku menengok kamar adikku. Si hafas belum juga bangun dari tadi.
“Mas tangi mas!!!”
“Mas hafas tangi” aku membangunkan dirinya saat masih tertidur
Saat mas hafas terbangun, aku ceritain semua deh, masalah tadi yang baru pulang dari memancing dirumahnya wawa gunung. Nah ceritanya mas hafas tuh iri ingin mancing bersama kami. Dan umiku menyuruh aku menemaninya sore ini. Oke fix,, lagi-lagi rencana tadarusan di mushola jadi batal. Oke tadarusannya besok lagi deh.
Sore pun datang, waktu menunjukan pukul setengah 5 sore, anak-anak sudah pada ribut ingin memancing dirumah wawa gunung, ada tisa, fatih, hafas, salwa dan amel yang ingin ikut kali ini. Eallah, ya nggak muat motorku menamppung pantat mereka semua.
Untungnya ada ulli saudara sepupuku juga, anak dari wawa nunung.
Tunggu-tunggu!!...........Huufttt ruwet banget sih wawa nunung wawa gunung, sepupu banyak banget.. sebenernya mereka itu siapa sih?
Oke sebelum kembali ke cerita aku certain dulu silsilahnya . jadi embahku yang dari abah yang namanya Mbah jamhir punya istri dua, istri pertama sudah meninggal saat abah masih kecil, dari istri pertama, Mbah jamhir punya tiga anak diantaranya, Wawa Gunung, Wawa Nunung, kemudian abahku sebagai anak terakhir. Dari istri kedua Mbah Jamhir punya lima anak diantaranya lik burhan, lik tri, lik tofa, lik efa, dan lik basri. Lik tofa dari awal tidak pernah merantau keluar kota. Lik tofa kemudaian menikah dengan lik tipeh yang menghasilkan anak bernama amel. Kebetulan yang pulang itu adalah keluarga dari lik burhan. Lik burhan memiliki istri bernama lik mitun dan anak bernama salwa dan tissa, istrinya sekarang sedang hamil tua.
Stop!!
Oke kembali kecerita
Nah untungnya uli yang datang bawa motor, dan kebetulan kami sama-sama mau pergi ke wawa gunung. Akhirnya kami bersama sama menuju ke rumah wawa gunung.
Sampailah kami di rumah wawa gunung. Melihat bocah-bocah yang pada ribut rebutan pancing ditambah liatin si ulli yang dari tadi hanya sibuk berselfie ria, mendingan ikutan selfie aja.





Jumat, 15 Agustus 2014

Chapter TWO

Ditinjau dari permasalahannya kehidupan itu dinamis, tergantung mood dari pelakunya, kalau susah move on kayak aku, ya hidup itu stagnan aja, bisa-bisa decline. Hidup itu harus dimanfaatkan dengan baik dan tentu harus dinikmati jangan lupa disyukuri, agar kita terus berfikir positif dan nggak stagnan mulu, monoton. Oke.. aku muslim, tapi agama bukanlah penghalang untuk bisa merasakan kesenangan dalam hidup. Kadang temen-temen bule (cie bule... bule jawa bung) berfikiran aku yang cewe muslim itu Cuma kayak ayam yang dikandang nggak bisa ngapa-ngapain, itu nggak boleh, ini nggak boleh.. pake hijab badan ketutup nggak kaya angelina jolie yang cantik dan rupawan.. nggak asik banget katanya, oke kata siapa pake hijab nggak bisa tampil cantik. Show them all J .
harus diakui kalau aku itu cantik :P
Oke skip. Skip..
Kesenangan itu nggak Cuma dihasilkan dari kegiatan yang negatif. Banyak kesenangan yang bisa kita dapatkan dari kegiatan yang baik, bermanfaat pula. Berhubung ini hari pertama dirumah manfaatkan waktu dengan baik. nggak mau sedetikpun terbuang dengan sia-sia. Hidup itu indah jika dihabiskan bersama orang-orang yang baik dan tentu menyayangi kita
Lagi-lagi itu sepupu... oke, aku kalah narsisnya sama dia.
Selepas jalan-jalan subuh tadi, rasanya itu kurang kalau belum sepedaan mengelilingi desa. Berhubung aku tidak memilik sepeda, ya, terpaksa pinjam sama tetangga. tetangga itu guruku saat aku masih mengaji di pesantren dan guru bahasa arab saat di SMA. Karena tetanggaan dan masih muda ya jadi ngga ada rasa malu untuk menjadi akrab. Oh iya inisialnya K alias Udin alias Ucok atau Encus (emang teroris?). katanya sih nggak mau dipanggil pak, maunya dipanggil Mas.. ealah... tapi teman-teman lama memanggil dia Om (OMG!!).
Sepedanya berwarna biru, enak dipakai meski agak tinggi, harus jinjit-jinjit kalau berhenti. Start dimulai dari depan rumah Om Encus, menuju sekolahan SD karena disana ada adikku yang lagi mengenang masa kejayaannya di SD jabres sebelum pindah di Pesantren. Ealah ngenes yak!!.

Oke.. itu dia adikku, aku menemukannya saat bersembunyi dibalik pagar, malu menampakkan batang hidungnya pada teman-teman lamanya.
“ayuh mas, tek bonceng”. Ajakku, tapi dia Cuma diam terperanga melihat teman-temannya dari kejauhan.. cup cup
(ayo mas, kakak bonceng).
Beberapa kali ajakan, ia tolak.. kenapa? Padahal ia udah aku kasih duit buat beli mainan di halaman sekolah pagi tadi. Oke dia sekarang mencampakkan aku. Kasihan aku... atau kasihan dia? 

Skip.......


Siangnya aku bermain skype dismartphoneku, agar bisa chating sama fans-fans ganteng (Cuma buat ngelancarin english sih sebenernya.. cieelah)


Kayaknya ada yang janggal di foto ini?. Apa yah, oh iya, aku kan Cuma punya nokia c5, lalu smartphone ini milik siapa? Aku baru ingat kalo smartphone ini milik abahku. Dan aku mengakui abahku itu lebih update dan keren dari pada aku. Tapi kalian pembaca harus ingat, keren tidaknya seseorang itu bukan ditentukan oleh gadgetnya (menghibur diri L). Setelah masuk waktu dhuhur aku cepat-cepat mengambil air wudhu, setelah sholat aku mengambil kitab suci Alquran agar bisa khatam satu jus di hari itu. 


Oke-oke... baru selesai datu lembar aku teringat kalau sepeda pak encus belum dikembalikan dari tadi. Dari pada terjadi hal yang enggak-enggak aku tutup mengaji waktu itu, dan langsung tancap gas mengembalikan sepeda om encus di tempat yang sepantasnya. Waktu diketok-ketok tidak ada orang, waktu diucap salam tidak ada yang jawab. Ya sudah aku letakkan sepeda itu diteras rumah om encus.
“Om, kie pite tek balekna, maturnuwun” ncen saru banget batinku
(“Om ini sepedanya aku kembalikan. Terimakasih” memang nggak sopan banget batinku)
La trus aku harus gimana lagi? orang nggak ada orang dirumah, ya udah aku tinggal aja dengan perasaan nggak berdosa
Saat berada dirumah aku langsung disuruh untuk mengemas nasi kotak dan beberapa snack karena kebetulan sore nanti akan diadakan buka puasa bersama guru dan murid Mts depan rumah. Karena ibuku yang disuruh masak, ya imbasnya aku harus membantu ibu. Oke fix sekarang aku sedang sibuk membantu ibu mempersiapkan segalanya. Mulai dari mengemas box makanan dan membuat es cendol.


Niatnya sih pengen tadarusan di mushola biar bisa silaturahim bareng remaja desa, tapi jam udah nunjukin jam setengah enam, otomatis tadarusannya udah selesai. Ngapai juga kesana? Nanti dikira Cuma mau minta nasi bungkusnya doang (astaghfirullah). Mungkin lain waktu aku bisa tadarusan disana. Berhubung semua makanan dan minuman sudah siap dan tinggal menunggu waktu maghrib, aku keluar sebentar untuk menikmati sore pertama dirumah pada bulan ramadan.
Srengengene wis arep kelelep (mataharinya mau tenggelam)
Hanya tinggal menunggu beberapa menit untuk merasakan buka puasa pertama dengan keluarga. Dari pada bengong mending naik ke masjid saja, ingin tahu suasana apa yang bisa dirasakan dari atas sana.
Dan suasanaynya nggak kalah asik. Langitnya itu loh bikin kerasa kayak bukan di Indonesia tapi entah dimana, mungkin salah satu pulau di Maladev. Oke itu terlalu berlebihan. Pada ngapain sih mereka yang lagi di bawah?
Yup adik-adikku yang sedang senang bermain petasan-petasan kecil. Siapa yang sedang memakai sepeda itu? Itu adikku fatih yang baru dibelikan sepeda oleh abah dan umi. Dan yang pakai sepeda motor itu? Ooh itu, itu omku si suaminya penjual warung dan bapak dari sepupu yang banyak muncul di cerita sebelumnya.
Bedug sudah berbunya, Ang Hail sudah mengajak saudara-saudaranya untuk berbuka lewat speaker masjid. Aku bergegas turun untuk berbuka bersama.
Sebelum masuk rumah aku photo sepeda baru itu, inilah sepeda yang akan menemani beberapa hariku di rumah. Walaupun sepeda itu dimaksudkan untuk adik perempuanku, kemungkinan aku yang akan banyak menggunakannya.
Lihat? Untuk membuktikan bahwa itu sepeda baru adalah plastik yang masih terbalut di beberapa bagian sepeda. Masih ngeyel juga? Terserah deh.
Nah selepas berbuka puasa, aku bergegas solat di lantai atas, karena lantai bawahnya belum dikeramik sama sekali. pas mau masuk,aku melihat  adikku sedang berbuka bersama dengan sahabat lamanya yang masih saudara

Sembari berbuka mereka menonton film upin-upin di tivi. Oke deh best friend forever. Aku aja belum tentu mau buka dirumah teman apa lagi sekecil adik ini, namanya galih gaess, dia anaknya tanteku, saudara dari ibu. Dia punya dua kakak cewe, bagi pembaca yang ingin berkenalan boleh deh tanya sama aku alamat fb mereka. Dijamin nyesel (kok?) ya karena mereka kayaknya udah punya kekasih masing-masing.

Seperti biasa, habis buka, sholat maghrib, ngaji Quran kadang-kadang, trus capcus pergi tarawih. Masa mau sholat jamaah dimasjid bawa- bawa HP gaess?, kata adikku nanti dimarahin malaikat!!.. oke oke. Intinya kalian wahai pembaca nggak bisa tahu ceritaku saat tarawih, mungkin tahun depan ya gaess, ketika jaman sudah mulai berubah, atau ketika negara api mulai menyerang (what?).
Setelah jam 11 malam lewat, akupun pergi tidur. Tidurku indah ditemani lantunan al-quran yang samar-samar dari speaker masjid depan rumah.
Nah jadi gini ceritanya, bulan ramadhan tahun 2012 yang lalu, pas sahur keluargaku senang nonton film Omar di MNC Tv. Di tahun lalu aku nggak tahu apa-apa karena aku sedang ada di belitung timur untuk KKN. Nah di tahun sekarang abah dan umi senang menonton film yuzarsif di TV muhammadiyah. Kalian tau siapa yuzarsif?, tidak?. Oke petunjuk pertama dia seorang nabi dan rasul. Masih belum tahu juga?. Oke petunjuk kedua dia adalah bendahara mesir yang adil. Masih belum tahu juga?. Oke petunujuk terakhir dia adalah anak yang dibuang oleh kesebelas saudaranya. Oke bagi yang masih belum tahu mohon push up  sepuluh kali.
Oke yuzarsif adalah nabi Yusuf as. Tiap malam selagi sahur, keluargaku memilih yuzarsif menjadi teman sahur kami. Ya lebih baik, dari pada menonton kuis geje yang anak tk-pun bisa menjawabnya (ciee, nyindir bu?). oke, oke

Ada abah, umi, mba kuni, fatih dan hafas, dan aku yang memotret. 
Hey.. katanya adikmu ada tiga Nell???
Oke yang satu masih belum kelihatan, takutnya pembaca cewe pada naksir sama adikku yang satu ini. Bisa kalian tebak apa yang kami makan pada gambar itu?. Yang jelas yang kuning itu adalah favoritku, buah semangka.
Imsakk.... imsakk... kedua adikku yang masih kecil berlomba-lomba menghabiskan minuman yang sudah disediakan. Katanya biar puasanya tambah kuat, apalagi buat yang paling kecil.
Setiap fajar aku menyemppatkan diri untuk memotret fajar dari jendela kamar, pas mau sholat subuh aku ambil Hpku untuk memotret

Benar-benar masih subuh kan gaess?? Apa lagi bintang kejoranya masih terlihat jelas. Sudah ada sorotan cahaya mentari yang mau keluar.
Eeh si mentari sudah nongol tuh, yuk jalan-jalan lagi gaess? Ngerayen (mencoba) sepeda baru adikku. Pas kemaren kata adikku sepeda itu masi susah untuk dinaiki, untuk itu omku mencoba untuk memperbaiki agar lebih enak untuk dikenakan
Nah masalahnya disini omku itu gendut, takutnya bukan jadi lebih baik malah tompal (rontok) sepedanya. Bercanda ko om... please jangan renggut ang pao lebaran saya. Yup akhirnya entenglah sudah sepeda kami bawa. Akhirnya bisa juga mengendarai sepeda baru ini, yuk mari jalan gaess.
Nah mulai deh jalan, aku kantongin hapeku, pas kebetulan lewat dekat rel, aku foto lagi deh kereta yang kebetulan lewat.
Ngeri ya gaess.. nggak ada palangnya, sekali agi hati-hati gaes kalau mau main ketempatku.
Kalian masih ingat nggak? Janjiku yang mau potong rambut sama abah? Nah saat itu juga abah juga pengen potong rambut. Alhasil abah sendirian yang potong rambut dan aku yang menemaninya di pangkas rambut Keluarga Udin naik sepeda baru.

 hihihi, abah ngantuk.........................

Rabu, 13 Agustus 2014

Les Dix Derniers Jours de Ramadan

Chapter ONE

Hidup^^
Hidup itu nggak semudah yang kita bayangin guys....semua itu sudah diatur oleh yang kuasa dan tinggal tergantung bagaimana kita yang menjalaninya... ini kisahku disepuluh hari terakhir di bulan ramadhan 2014. Sebelum memori ini hilang dari ingatan akan aku tuliskan dalam cerita. Tapi ya nggak semua plek jiplek, ingat.. manusia itu punya kemampuan yang terbatas, he. Dan mungkin cerita ini akan dibumbui sedikit cabai, garam, merica, gula dan apapun itu. Dan semoga pembaca bisa merasakan gurihnya cerita ini.
Yah hal ini dimulai dari stressnya diri ini menghadapi skripsi. Perlu kalian tahu wahai pembaca, aku ini tipe orang yang parno dan  agak melankolis gitu, nggak tahu sih tapi yang jelas mental aku masih tempe gitu. Mending ya kalo tempenya sudah digoreng, la ini masih mendo baru di masukin plastik sama penjualnya, huh. Ya, memang mendo banget ini mental saat ketemu sama satu dosen pembimbing yang aduhainya minta ampun.  Aduhai kritiknnya, aduhai coretannya. Meskipun aku terlihat seperti orang yang tegar dan ceria, tapi dibelakang kalian aku hampa dan menangis tiap malam, sakitnya tuh disini (nunjuk hati dan jidat) huhuh... ini adalah rahasia, hanya Allah dan saya yang tahu. Apalagi kalau ditanya “pendadarannya kapan? Wisudanya kapan?” tahu nggak sih itu sakitnya melebihi seminggu cuma makan indomie. Sakitnya tuh disini (nunjuk dengkul).
Akhirnya saya menjauhi teman-teman yang saya cintai, enggak tahu sih alasannya aku menjauhi mereka tapi satu hal yang pasti aku nggak benci mereka atau apalah itu. Satu kalimat yang lugas dan sinetronis atau bersifat sinetron ( what?) “aku Cuma butuh waktu untuk sendiri, aku galau” waktu yang merujuk dalam kalimat itu adalah satu bulan. Menurut aku sih itu bukan galau tapi bertapa, bedanya biasanya orang bertapa itu di gua atau ditempat keramat. Kalau dalam konteks ini tempat keramat itu adalah di kos. Menurut aku sih kos itu tempat keramat bagiku. Apanya yang keramat? Kalo gua dan semacamnya itu kan ditunggui makhluk halus penjaga tempat tersebut, lah ini ditunggu ibu kos yang siap ngincer bulanan hehe. Bercanda kok, ibu kos ku baik, perhatian lagi kalo lagi hajatan kadang ngasih makanan gitu.
Aku kasih tahu, orang kalau lagi galau itu merasa dirinya adalah orang yang paling merana sedunia, lebih ngenes dari pada jomblo. Butuh validitas? Sori pembaca, ini hanya pengalaman dan pendapat pribadi, jangan ingatkan aku pada bahasa-bahasa skripsi itu, bikin aku galau :D. Yah itu yang aku rasain waktu itu, sendirian, ngga ada teman, ngga dikasih makan. Aku merasa waktu itu teman-teman udah pada sibuk-sibuk sendiri, dan mungkin udah lupa dengan aku yang rendah ini (rrrrrt, badan mengecil dipojokan dengan backround hitam kelabu).
Waktu itu sedang puasa waktu ashar, rasanya pengen nangis tapi lagi puasa. Takut ngrasain yang asin-asin gitu, tapi bukan ingus ya pembaca (cie, penulisnya pernah ngrasain ingus!!). ya udah deh nangisnya di hati. Kebetulan itu tanggal 17-7-2014 atau puasa hari ke 20 kalau nggak salah. Karena sudah di sms keluarga untuk pulang, dengan berat hati, aku mulai menata segala keperluan untuk pulang. Perlu diketahui ya pembaca, ketiga adikku dipesantren semua, apalagi yang dua itu hanya waktu lebaran diperbolehkan untuk pulang. Dan keluarga itu kurang lengkap tanpa kehadiran diriku (aku nangis pas ngetik ini sambil dengerin ^aku tak biasa^nya syahroni). Setelah selesai packing aku ambil wudhu dan sholat ashar. Pas sholat ada yang ngetok-ngetok pintu kosku sambil ngucapin salam gitu. Hal itu membuat hatiku bertanya-tanya saat sedang sholat, mungkinkah ini teman-temanku?. Dengan sengaja aku mempercepat bacaan lafal sholat agar cepat selesai. Setelah salam aku membuka pintu. Sebenarnya aku pengen meluk kalian satu persatu biar kaya di sinetron-sinetron itu, tapi nyatanya kita Cuma salam-salaman sambil cipika-cipiki.
“whats going on bebi??” ya mereka menanyakan keadaanku yang kurus kering ini. Karena pembicaraan ini agak private jadi aku tarik kesimpulannya saja. Intinya teman-temanku datang untuk menyemangatiku dan biar tidak galau lagi. “thanks ya gaess”.

Untuk menghormati jasa mereka aku tuliskan inisial mereka dalam cerita ini (inisial? Lu kira tersangka? Bercanda ding gaess) thank you so muaach to Isni, Tissa, Maul, dan Tias. Untuk menyingkat waktu, aku menyudahi pembicaraan ini karena waktu yang sudah sore dan aku mau pulang ke Kebumen.


Perjalanan dari jogja kebumen membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam menggunakan sepeda motor. Aku mulai pergi pukul lima sore, sebelum bepergian berdoa dulu semoga selamat sampai tujuan.
Aku berhenti sebentar di pom bensin “AMBAR KETAWANG”untuk mengisi bensin full tank agar dijalan tidak mengisi lagi. Sebelum melanjutkan perjalankan aku abadikan suasana sore di jalan raya depan pombensin  ambarketawang


Seperti yang dilihat, sepi,  tidak ada orang lalu lalang, hanya mobil dan motor bersliweran(okay :D).
Sebelum jalanan menjadi ramai kendaraan aku foto dulu menggunakan kamera nokia c5

Waktu menunjukan jam 17:55, waktu maghrib dan buka puasa sudah lewat.
 Aku menghentikan perjalanan sebentar untuk mengerjakan ibadah sholat maghrib di sebuah masjid di Purworejo. Aku membatalkan puasa dengan meminum air kran di masjid saat berwudhu. Jangan dibayangin minumnya pake gayung, terus habis dua gayung (what?). Cuma dua tiga tetes kok kayaknya. Sehabis wudhu langsung sholat, selagi sholat aku nggak sengaja melihat ale-ale dalam kardus disamping kiri tempat solat. Aku mikir apakah itu ale-ale gratis buat jamaah sholat atau punya orang ya?. Dari sini aku mikir, ternyata benar kata nabi lebih baik makan dulu, baru sholat, biar sholat kita jadi khusyuk. Ya udah deh, whatever, lanjutin sholat lagi. Selepas sholat aku pengen makan indomie atau nasi goreng di warung sebelah masjid, tapi berhubung waktu yang sudah malam, aku langsung capcus menuju ke kebumen.
Alhamdulillah aku sampai di gerbang desa jabres, desaku yang indah. Waktu di jam menunjukkan pukul 19:41. Perjalanan cukup melelahkan, apalagi pinggang yang terlalu lama duduk di motor. Adik kecilku yang sudah pulang dari pesantren menyambutku dengan penuh gembira di depan pintu. Saat kubuka helm dia langsung bilang
“Mba Ne’ yuh batiri ngising!!”
(Mba Ne ayo temenin aku boker)
Ealahh... cape-cape gini udah berapa lama gak ketemu, bukannya salim atau dipeluk malah minta ditemenin boker. Ya udah deh...
“Mba..Mba” dia panggil-panggil aku
“Mba, urubna lampune?”
(Mba. Hidupin lampunya)
Yah berhubung dia baru naik kelas dua sd dan badannya masih kecil gitu, tangannya nggak sampai di saklar lampu..
“Oke deh, kakak bantuin, tapi cium dulu ya de”
Saat aku minta cium, eeeh malah langsung cabut masuk kamar mandi, untung akunya kakak yang baik, kalau nggak sudah aku kerjain matiin lampu itu lagi. Sesaat sesudah melepaskan penat dengan duduk di lantai, adik sepupuku datang, katanya dia lihat dari kejauhan kalau aku sudah pulang, jadi dia langsung berlari menuju rumahku yang terbuka lebar. Seperti biasanya adik sepupuku ini langsung bertanya banyak mengenai diriku. Berasa jadi artis kalo sama dia, setiap hari diwawancarai terus. Biar diam, ajak selfie dulu lah bareng adik manis ini.
Gimana? Cakepan aku kan?. Oke.. kembali kecerita. Jadi begini, tiap ramadhan pas tarawih si embahnya anak ini (embah aku juga keles) selalu buka warung di samping  masjid tepat di teras rumahnya. Ini merupakan tradisi yang berlangsung terus menerus, berhubung si embahnya udah punya mantu cewek, alhasil si mantu yang menersukan perjuangannya. Siembahnya udah khusyuk tarawih didalam masjid. Aku dan sepupuku ini langsung meluncur kerumah embah. Seperti tradisi yang berlangsung terus menerus aku langsung bilang
“lik njaluk es-e!!”
(tante minta esnya!!)
“Eeh Neli, bali kapan? Mbene keton, nek pengin es  kari njiot lah!!”
“glewean lik, mbene tebluk kie, kae hafas agi tek batiri ngising, tek tinggal bae ”
(eeh neli, pulang kapan? Baru keliatan. Kalo pengin es tinggal ambil aja)
(bercanda tante, baru nyampe nih,itu hafas dirumah lagi ditemenin boker aku tinggal aja)
Ya, kami tertawa, karena malu banyak orang sedang pulang tarawih, aku masuk saja kedalam rumah. Aku lihat seisi meja makan, kali aja ada yang enak langsung saya embat. Berhubung tidak ada yang istimewa aku kembali keruang tamu sambil duduk menunggu jamaah pada pulang.
Tiba-tiba, adik yang paling cantik, nongol didepan pintu, dia langsung melihat keheranan
“mba neli!!” dia langsung datang dan salim sambil mencium tangan. Saat aku ingin mencium pipinya dia langsung mengelak
“iih jorok aah”.katanya
Hmm nggak adik cewek, cowok sama-sama susah diciumnya. Ya sehubungan dengan sepinya masjid, aku bergegas pulang dengan adikku yang satu ini. Saat tiba dirumah, abah dan umi sedang duduk dilantai. Aku langsung salim dengan kedua orang tuaku dan mencium kedua pipinya. Aduuh benar- benar nikmat surga. Berkumpul dengan keluarga, meskipun tak terlalu kaya, dan serba ada, kami benar-benar bahagia.
Aku yang pake jilbab jingga, disamping kananku ada adik yang minta ditemenin boker, hafas, umiku, kemudian ada adikku yang sama-sama nggak mau dicium, fatih, dan kakakku yang paling cantik yang Cuma keliatan giginya, mbak kuni.
Malam sudah larut, aku menghirup wanginya Ramadhan , kemudian aku bergegas untuk sholat isya. Sehabis sholat isya, aku meminta pada abah agar bisa potong rambut esok hari. Nyatanya mba kuni lah yang akhirnya memangkas habis rambutku menjadi pendek. Berhubung aku memakai jilbab, aku private aja hasilnya. Intinya sangat pendek, cukup.
Malam itu diakhiri dengan senyuman dipenghujung malam ramadhan.
Skip-skip......

Setelah sahur, tentu sholat subuh, habis itu bersih-bersih rumah. Habis itu tinggal jalan-jalan bersama saudara. Sebelum lembayung fajar menghilang, aku abadikan moment itu. Aku ambil dari jendela kamar di lantai dua, rumah kedua orang tuaku (bukan rumahku gaess).

Oke gaess.. indah bukan ciptaan tuhan???
Bersyukurlah kalian wahai pembaca yang pernah tinggal didunia. Tuhan menciptakan ini semua untuk kita nikmati dan kita syukuri. Oke.. skip, skip..
Setelah cape bersih-bersih rumah. Aku langsung bergegas turun untuk jalan jalan atau sekedar bersepeda mengelilingi  desa. Sebelumnya aku take a pict dulu masjid agung desa Jabres dari rumah

Nah disamping kanan pembaca itu ada rumah embah yang tiap tarawih jualan jajan, yang aku ceritain tadi.

Perjalanan ini diawali dengan jalan jalan di dekat rel kereta api. Perlu pembaca ketahui, rumahku ini dekat dengan rel kereta api ya sekitar 70 meter-an gitu, nggak ada palang pintu lagi. Jadi pembaca harus punya insting yang kuat kalau mau main ketempatku. Kalau engak, bisa jadi tumbal, bercanda ding. Nggak ada tumbal-tumbalan, tapi yang pasti emang disini banyak memakan korban kalau tidak hati-hati. Tapi ya namanya juga orang desa yah, ngeyel ngeyel saja. Nggak usah jauh-jauh deh, contohnya aku, masih sering nongkrong di rel. Buat pembaca jangan tiru adegan berbahaya ini ya.

Eh tuh sepupu nongol lagi...
Udah deh.. jangan lama-lama disini, takutnya jadi galau kayak orang yang ada dibelakangku itu.

TO BE CONTINUED............